MATERI I IDENTIFIKASI PRAKTIK PERTANIAN BERKELANJUTAN DI TINGKAT PETANI
A.
Teori
Pembangunan pertanian dan meluasnya
adopsi sistem pertanian modern dalam kurun waktu 30 tahun terakhir telah
terbukti mampu meningkatkan produksi pertanian meskipun metode, proses dan
teknologi yang diterapkan dalam sistem pertanian modern mengakibatkan dampak
negatif yang sangat serius. Konsekuesi negatif dari penerapan sistem pertanian
modern diantaranya adalah musnahnya biodiversitas atau keragaman hayati,
semakin intensifnya erosi tanah, pencemaran lingkungan oleh zat kimia
berbahaya, hilangnya kearifan lokal (indigenous
knowledge) dan menurunnya kualitas hidup komunitas pertanian.
Cukup banyak implementasi praktik
pertanian berkelanjutan antara lain pertanian organik, pertnaian ekologis
regeneratif, pertanian biodinamis, pertanian permanen, pertanian alternatif,
pertanian alamiah, pertanian dengan penggunaan input luar daerah atau
sebaliknya pertanian dengan input internal. Interpretasi tersebut sah saja
sejauh kriteria pertanian berkelanjutan terpenuhi. Adapun kriteria umum
pertanian berkelanjutan antara lain :
1. Berkelanjutan
secara ekonomi (economic viability)
Sistem pertanian yang layak secara
ekonomi memberikan penghasilan yang rasional atas investasi tenaga kerja dan biaya
lain yang telah dikeluarkan dalam usahatani oleh petani dan keluarganya.
Setidaknya sistem pertanian yang dijalankan oleh petani dapat menyangga
kebutuhan hidup petani seperti bahan pangan dan kebutuhan dasar lainnya. Economic viability juga bermakna
minimalisasi biaya eksternal dan resiko dari usahatani yang dijalankan.
2. Ramah
lingkungan (ecologically sound and
friendly) :
Sistem pertanian yang ramah
lingkungan di integrasikan sedemikian rupa dalam sistem ekologi yang lebih luas
dan fokus pada upaya pelestarian dan peningkatan basis sumberdaya alamnya.
Dengan demikian sistem pertanian ramah lingkungan juga berorientasi pada
keragaman hayati atau biodiversitas.
3. Berkeadilan
sosial (socially just)
Sistem pertanian yang berkeadilan
sosial, memberikan hak dan kewajiban yang adil pada seluruh pelaku sistem.
Sistem semacam ini memungkinkan informasi, pasar hal-hal yang berkenaan dengan
alokasi sumberdaya pertanian khususnya lahan di distribusikan secara adil tanpa
memandang perbedaan gender, staus sosial, suku, ras, dan keyakinan
keberagamaan. Sistem ini selaras dengan sistem sosial sosial budaya yang
berlaku (culturally appropriate)
harmoni; bersahabat dengan siapa saja dan apa saja
Secara umum penerapan pertanian
berkelanjutan ditujukan untuk meningkatkan kualitas kehidupan yang dapat
dicapai melalui :
a.
Pembangunan ekonomi
b.
Upaya pencapaian ketahanan pangan
c.
Pembangunan sumberdaya manusia dan
pemenuhan kebutuhan dasar
d.
Upaya pemberdayaan dan pengembangan
kemandirian
e.
Pemberdayaan dan upaya meraih kembali
kedaulatan petani
f.
Penjaminan stabilitas lingkungan :
keamanan, kebersihan, keseimbangan, dan keberlanjutan.
g.
Fokus pada upaya pencapaian
produktivitas jangka panjang.
B.
Hasil
Tabel 1.1 Identifikasi implementasi praktik pertanian
berkelanjutan
No
|
Praktik
|
Konsep
|
Sesuai
|
Tidak Sesuai
|
1.
|
Pengolahan tanah
|
Memperhatikan konservasi tanah dan air
|
||
2.
|
Benih
|
Lokal/diproduksi petani
|
||
3.
|
Sistem tanam
|
Beragam/tumpangsari
|
||
4.
|
Pemupukan
|
Organik/alami
|
||
5.
|
Pengendalian h, p, g
|
Nabati/kultur teknis
|
||
6.
|
Pengairan
|
Tidak tercemar
|
=
66,6 %
Kriteria
tingkat implementasi :
TI
< 35% : Rendah
TI=
35-70% : Sedang
TI
> 70 % : Tinggi
C.
Pembahasan
Dari
hasil identifikasi implementasi praktik pertanian berkelanjutan dalam salah
satu kelompok tani yang diperoleh tingkat implementasinya 66,6% yang termasuk
dalam tingkat yang sedang antara 35-70% yaitu sedang.
Dalam aspek pengolahan tanahnya sudah
menerapkan dalam konsep pertanian berkelanjutan diantaranya, sudah
memperhatikan konservasi tanah dan air. Hal ini disebabkan karena selama proses
mulai penanaman hingga pemanenan menggunakan pupuk organik walaupun ada
tambahan pestisida kimia jika ada serangan hama yang sulit untuk diatasi.
Untuk
benih yang digunakan dalam proses budidaya berasal dari luar atau mengambil
dari Bapak Blondo, sedangkan dalam
sistem tanamnya juga bukan beragam atau sistem tumpangsari sehingga
belum sesuai dengan praktik pertanian berkelanjutan dikarenakan sistem tanamnya
monokultur hanya menanam padi tetapi dengan varietas padi yang berbeda. Pupuk
yang digunakan adalah jenis pupuk organik cair maupun dari kotoran sapi dan
pengomposan dedaunan karena pupuk organik mempunyai manfaat yang akan dirasakan
oleh petani yaitu meningkatkan produktivitas dari lahan pertanian, dengan
meningkatkan kadar unsur hara dan kandungan organik yang ada di dalam tanah,
maka dengan sendirinya akan akan memperbaiki sifat kimia dan biologi bagi tanah
atau lahan petani. Semakin mudahnya melakukan pengolahan karena tanah semakin
baik. Sehingga sudah sesuai dengan praktik pertanian berkelanjutan.
Gambar
1.1 Penanaman Tanaman Refugia Sepanjang Jalan
Pengendalian
hama, penyakit, dan gulma juga sudah menggunakan nabati/ kultur teknis yaitu
dengan menggunakan pestisida organik seperti menggunakan daun randu, gula jawa
atau gula pasir sebagai perekat OPT, dan yang paling mudah untuk dibuat
biasanya menggunakan rimpang, seperti sereh, jahe, lengkuas, dan lain-lain
untuk menanggulangi hama tersebut. Maka hal ini sudah sesuai dengan praktik
pertanian berkelanjutan. Untuk pengairan di sawah tidak tercemar oleh bahan
apapun maka sudah sesuai dengan konsep praktik pertanian berkelanjutan.
Dalam
pelaksanaan implementasi konsep pertanian berkelanjutan masih terdapat kendala
dan pendukung, kendala dalam implementasi pertanian berkelanjutan yaitu masih
rendahnya produksi padi karena rata-rata benih yang didapat bukanlah diproduksi
petani sendiri, kurangnya pengetahuan petani untuk cara budidaya padi yang
benar dengan cara organik. Sedangkan pendukung dalam implementasi pertanian
berkelanjutan yaitu adanya partisipasi dari para petani yang mau menerima
inovasi dan mengaplikasikannya dalam pertanian dan juga meningkatkan harga padi
organik.
Komentar
Posting Komentar